SAYYIDUNĀ
AL-IMĀM QUTB U’L IRSHĀD
AL-HABĪB
‘ABDALLĀH BIN ‘ALAWĪ AL-HADDĀD
Rady
Allāhu ‘Anhu (1044-1132 H)
Ratib Al-Haddad terambil dari nama
penyusunnya, yaitu Al-Habib Abdullah bin alwi bin muhammad Al-Haddad. Dari
beberapa banyak doa-doa dan dzikir-dzikir yang beliau karang, Ratib Al-Haddad
inilah yang paling terkenal dan masyur. Ratib Al-Haddad disusun berdasarkan
inspirasi, pada malam lailatul Qodar 27 Romadhon 1071 H.
Ratib Al-Haddad disusun untuk
memenuhi permintaan seorang murid beliau yang bernama Amir dari keluarga Bani
Sa’ad yang tinggal di Syibam salah satu perkampungan di Hadromaut, Yaman. Tujuan
Amir meminta Habib Abdullah untuk mengarang Ratib, Agar diadakan suatu wirid
dan dzikir dikampungnya, Agar mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkann
diri dari ajaran sesat yang sedang melanda Hadromaut ketika itu.
Pertama kalinya Ratib ini hanya dibaca
dikampung Amir sendir,i yaitu kota Syibam setelah mendapat izin dan ijazah dari
Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad sendiri. Selepas itu, Ratib ini pun dibaca
di masjid Al-Hawi milik beliau yang di kota Tarim. Pada kebiasaan Ratib ini
dibaca secara berjamaah setelah sholat ‘isya’.
Pada bulan Romadhon, Ratib ini
dibaca sebelum sholat ‘isya ‘ untuk mengisi kesempitan waktu menunaikan sholat
tarawih , dan ini adalah waktu yang telah ditartibkan Al-Habib Abdullah bin
Alwi Al-Haddad untuk kawasan-kawasan yang mengamalkan Ratib ini. Dengan izin
Allah, kawasan-kawasan yang mengamalkan Ratib ini selamat dan tidak terpengaruh
dari kesesatan tersebut.
Setelah Al-Habib Abdullah bin Alwi
Al-Haddad berangkat menunaikan ibadah Haji, Ratib Al-Haddad mulai dibaca di mekkah
dan madinah. Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi berkata , “Barang siapa yang
membaca Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan iman, ia akan mendapat
sesuatu yang diluar dugaannya”.
Ketahuilah bahwa setiap ayat , do’a
, dan nama Allah yang disebutkan didalam ratib ini dipetik dari Al-Qur’an dan
Hadits Rasul SAW . bilangan bacaan disetiap doa dibuat sebanyak tiga kali ,
karena itu adalah bilangan ganjil (witir). Semua ini berdasarkan petunjuk
Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad sendiri . beliau menyusun dzikir-dzikir
yang pendek dan di baca berulang kali, agar memudahkan pembacaannya . dzikir
yang pendek ini jika selalu dibaca secara istiqomah, maka lebih utama dari pada
dzikir yang panjang namun tidak dibaca secara istiqomah. semoga Allah
memberkahi Pembaca Ratib ini, Amin.
Kemudian, mengenai keutamaan
berdzikir secara sirr (suara pelan) atau jahr (suara keras) adalah sebagai
berikut : Berdzikir dengan sirr tentunya lebih utama bagi mereka yang khawatir
terkena riya`, atau takut mengganggu orang yang sedang shalat, dan lain
sebagainya. Jika keadaan di atas dapat dihindari, maka berdzikir dengan jahr
tentunya lebih utama, karena di dalamnya terkandung amal yang lebih luas,
bermanfaat bagi orang lain, serta dapat menggoreskan kesan yang lebih kuat pada
hati orang yang berdzikir dan orang-orang yang mendengarkannya.
Akan tetapi bagi hati yang lemah, yang belum dapat berdzikir dengan hudhur (dengan penuh konsentrasi), yang belum dapat menghayati dzikirnya, maka dzikir sebaiknya diamalkan dengan sirr sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Nabi saw, “Sebaik-baik dzikir adalah (yang diamalkan) dengan suara pelan.”
Maka jelaslah bahwa masing-masing memiliki kelebihan tersendiri tergantung pada keadaan pribadi orang yang berdzikir. Mereka yang hendak berdzikir seyogyanya memilih mana diantara keduanya yang lebih mendatangkan maslahat, lebih sesuai kebutuhan, dan lebih cocok dengan keadaan.
mal kita, dan menjadikannya semata-mata karena-Nya.”
Akan tetapi bagi hati yang lemah, yang belum dapat berdzikir dengan hudhur (dengan penuh konsentrasi), yang belum dapat menghayati dzikirnya, maka dzikir sebaiknya diamalkan dengan sirr sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Nabi saw, “Sebaik-baik dzikir adalah (yang diamalkan) dengan suara pelan.”
Maka jelaslah bahwa masing-masing memiliki kelebihan tersendiri tergantung pada keadaan pribadi orang yang berdzikir. Mereka yang hendak berdzikir seyogyanya memilih mana diantara keduanya yang lebih mendatangkan maslahat, lebih sesuai kebutuhan, dan lebih cocok dengan keadaan.
mal kita, dan menjadikannya semata-mata karena-Nya.”
(Mohon maaf apabila ada salah pengetikan atau pengertian dalam postingan ini.)
Semoga Bermanfaat
assalamuallaiku wan berbagi posting tentang ratib Alattas dong..ditunggu ya
BalasHapus