HABIB MUHAMMAD BIN AHMAD AL-MUHDOR (Bondowoso)
Al-Habib Muhammad Al-Muhdhor lahir di desa Quwaireh, Du’an Al-Ayman,
Hadramaut, pada tahun 1280 H atau sekitar tahun 18633 M. Ayahnya,
Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhor, seorang ulama rujukan
para ahli ilmu di zamannya. Beliau lahir di Ar-Rasyid Ad-Du’aniyah 1217 H
dan wafat pada tahun 1304 H bertepatan dengan tahun 1886 M.
Lingkungan keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Itulah yang terjadi pada kalangan Alawiyin di Hadramaut masa itu
hingga saat ini. Sebagaimana lazimnya pendidikan para Alawiyin di
Hadramaut, Habib Muhammad mendapat bimbingan agama langsung dari
ayahnya. Beliau mengkhatamkan Al-Qur’an dan belajar berbagai kitab
keilmuan pada ayahnya. Beliau juga belajar kepada kakaknya, Al-Habib bin
Ahmad Al-Muhdhor. Jika kita perhatikan kita dapat mengetahui, bahwa
pendidikan para ulama bain alawi di Hadramaut menghasilkan sanad
keilmuan dari seorang wali bin wali dan seterusnya, hingga bersambung
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Setelah belajar kepada ayah dan kakaknya, Habib Muhammad kemudian
belajar mendapatkan ijazah dari para ulama dan auliya’ di saat itu.
Salah sarunya adalah Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas. Dan
Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas inilah yang merupakan guru pembentuk
karakter dan kepribadian Habib Muhammad Al-Muhdhor. Ketika itu, Haibi
Muhammad selalu mengikuti majelis Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Hasan
Al-Attas, dan beliau pula yang meyertai kemana pun sang guru ini pergi.
Dalam kitab Tajul A’ras halaman 469 di ceritakan bahwa, Habib
Muhammad Al-Muhdor mengisahkan salah satu peristiwa dalam kehidupannya
ketika menuntut ilmu pada waktu itu.
“Saya membaca kitab Al-Muhadzab kepada Al-Imam Al-Walid Al-Habib
Ahmad bin Hasan Al-Attas. Tetapi ketika itu tidak mudah bagi kami untuk
menyelesaikan, beliau meminta saya untuk menemaninya dalam perjalanan
pulang ke Huraidhah, desa di mana beliau tinggal. Maka saya pun menuruti
perintah beliau. Dalam perjalanan itulah saya membaca kitab tersebut
bersama beliau, sampai akhirnya saya dapat menyelesaikan pembacaan kitab
itu pada hari keberangkatan kami dari Gaidun. KEtika itu kami berjalan
mengendarai dua kuda berdampingan”.
Selanjutnya, ketika ayah beliau wafat. Bersama Habib Hamid
kakaknya, Habib Muhammad melakukan perjalanan dakwah ke berbagai negeri
untuk merayu ke Jalan Allah dan Rasulnya. Berdua mereka melakukan
perjalanan ke Singapura dan Indonesia. Dimana pun tempat beliau singgah,
mereka selalu di sambut oleh para penduduk negri dengan suka cita dan
penuh penghormatan. Setelah itu, berdua mereka kembali ke kampong
halaman di Hadramaut.
Selang beberapa waktu, Habib Hamid kakaknya, melakukan perjalanan
ke tanah suci, untuk melaksanakan ibasah haji dan berziarah ke makam
datuknya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam di Madinah. Sekembalinya
kakak beliau dari tanah suci, pada tahun 1308 H, Habib Muhammad
melakukan perjalanan dakwah ke kotaHeydrabad di India. Beliau dating
untuk memenuhi undangan Sultan ‘Awad bin Umar AL-Qu’aythi. Di India,
beliau mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakatnya, ribuan
manusia segala lapisan dan golongan berbondong-bondong datang untuk
menemui beliau. Dari India, beliau melanjutkan perjalanan dakwahnya ke
Indonesia, dan beliau memilih Bondowosao. Disanalah beliau menetap dan
berdakwah. Beberapa waktu kemudian, Habib Muhammad Al-Muhdhor beremu
dengan Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya). Dari pertemuan
itulah yang mendorong beliau untuk berguru kepada Al-Imam Al-Habib
Muhammad bin Idrus AL-Habsyi. Karena eratnya hubungan keduanya, akhirnya
Habib Muhammad Al-Muhdhor menikah dengan putrid Al-Habib Muhammad bin
Idrus Al-Habsyi.
Dalam berdakwah, beliau menggunakan cara yang santun dan bijak.
Beliau berbicara kepada manusia sesuai dengan kemampuan mereka. “Kallimu
an-naas ‘ala qadri uquulihim”. Dalam beramar ma’ruf nahi munkar beliau
menggunakan cara yang santun dan halus. Hingga semua lapisan masyarakat
dapat menerima dengan baik nasehat-nasehatnya. Semua kalangan, baik dari
kalanganAlawiyin, orang-orang Pribumi, bahkan para pembesar Belanda
pun, hormat dan segan kepada beliau.
Habib Muhammad sangat senang menerima tamu yang datang ke rumah
beliau. Dengan wajah berseri-seri beliau menyambut para tetamunya di
depan pintu dan menghormatinya bak raja yang datang. Beliau sendiri yang
menyiapkan dan melayani kebutuhan para tamunya itu.
Beliau yang sangat peduli dengan keadaan kaum muslimin,
terlebih-lebih pada para Saadah Alawiyin. Karena kepeduliannya yang
begitu besar terhadap para Alawiyin, hingga beliau seakan-akan sebagai
bapak dari para Alawiyin yang ada pada masa itu. Selain ulama, beliau
juga ahli di bidang sastra, banyak tulisan dan karya syair-syair beliau.
Beliau merupakan sosol ulama yang sering melakukan kontak hubungan
dengan para ulama di negeri lain guna memeahkan berbagai masalah tentang
dakwah Islam. Diantara para ulama itu adalah : Al-Habib Muhammad bin
Ali Al-Hiyed, Al-Habib Abdurrahman bin Ubaidillah Assegaf, dan AL-Habib
Muhammad bin Agil bin Yahya dari Hadramaut.
Setelah beberapa hari menjalani perawatan di Surabaya akibat sakit
yang di deritanya, pada malam selasa 21 Syawal 1344 H, bertepatan dengan
4 Mei 1926 M, Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdhor wafat. Beliau
meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Dengan kewafatannya, para
pecinta beliau seakan-akan menjadi yatim dan kehilangan sosok ayah. Pada
keesokan harinya, dengan diiringi seruan tahlil dan uraian mata, ribuan
kaum muslimin mengantarkan jenazah beliau ke pemakaman. Jasad beliau di
makamkan dalam qubah di pemakaman Al-Habib Hasan Al_habsyi. Makam
beliau bersanding dengan makam Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Idrus
Al-Habsyi, yang merupakan mertua, guru sekaligus sahabat beliau. BEliau
meninggalkan lima anak laik-laki yang menjadi khalifah penerus
dakwahnya, mereka dalah : Al-Habib Abdullah bin Muhammad Al-Muhdhor,
Al-Habib Alwi bin Muhammad Al-Muhdhor, Al-Habib Sholeh bin Muhammad
Al-Muhdhor, Al-Habib Husein bin Muhammad Al-Muhdhor dan Al-Habib Muhdhor
bin Muhammad Al-Muhdhor, yang mereka kesemuanya menjadi ulama, beliau
juga meninggalkan 3 anak perempuan.