Sabtu, 05 Januari 2013

Kiai Haji Noer Alie (lahir di Bekasi, Jawa Barat pada tahun 1914; meninggal di Bekasi, Jawa Barat pada tahun 1992) adalah pahlawan nasionalIndonesia yang berasal dari Jawa Barat dan juga seorang ulama.

Ia mendapatkan pendidika agama dari beberapa guru agama di sekitar Bekasi. Pada tahun 1934, ia menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama di Mekkah dan selama 6 tahun bermukim disana.Siapa yang tak kenal puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar? Tapi adakah yang tahu mengapa ia menciptakan puisi yang melegenda itu? Hingga kini, nama KH Noer Alie memang belum dikenal luas di pentas nasional. Bahkan, di kalangan masyarakat Bekasi pun, masih ada yang belum mengenalnya. Tercatat, dari sekian banyak pertempuran antara KH Noer Alie dan masyarakat Bekasi dengan penjajah, ada dua perlawanan yang melegenda.

Pertempuran sengit itu meletus pada 29 November 1945, antara pasukan KH Noer Alie dengan Sekutu – Inggris di Pondok Ungu. Pasukan rakyat KH Noer Alie mendesak pasukan Sekutu dengan serangan mendadak. Melihat kondisi pasukannya yang kocar-kacir, KH Noer Alie memerintahkan untuk mundur. Pembantaian yang terkenal dalam laporan De Exceseen Nota Belanda itu, di satu sisi mengakibatkan terbunuhnya rakyat, namun disisi lain para para petinggi Belanda danIndonesiatersadar bahwa di sekitar Karawang, Cikampek, Bekasi danJakartamasih ada kekuatanIndonesia. Siapa sebenarnya KH Noer Alie ?

Ia lahir di Desa UjungMalang, Babelan, Bekasi pada 15 Juli 1914. Ia memiliki semangat belajar yang tinggi. Di usianya yang masih di bawahlimatahun, ia telah mampu menghapalsurat–suratpendek dalam Al-Qur’an yang diajarkan oleh kedua orangtua dan kakaknya. Pada usia tujuh tahun, Noer Alie mengaji pada guru Maksum di kampung Ujung Malang Bulak. Saat beranjak remaja, Noer Alie pindah ke Klender. Ia mondok di sebuah pesantren dan menuntut ilmu pada guru Marzuki. Disana, ia menuntut ilmu di Madrasah Darul Ulum. Selama di negeri orang, ia aktif berorganisasi. Pesan itu terus terngiang di benaknya hingga tiba diIndonesia.

Setibanya di Tanah Air, Noer Alie membuat gebrakan dengan mendirikan madrasah. Saat Rapat Ikada digelar pada pada 19 September 1945 di Monas, Noer Alie datang dengan mengendarai delman. Pada bulan November 1945, KH Noer Alie membentuk Laskar Rakyat. Mereka dilatih mental oleh KH Noer Alie dan secara fisik dilatih dasar-dasar kemiliteran oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bekasi dan Jatinegara.

KH Noer Alie diminta untuk melakukan perlawanan secara bergerilya. Namun jabatan pemerintahan yang seharusnya dimulai pada 15 Januari 1948 tidak berlangsung lama, karena pada 17 Januari 1948 terjadi Perjanjian Renville yang mengharuskan tentara Indonesia di Jawa Barat hijrah ke Jawa Tengah dan Banten. KH Noer Alie memilih hijrah ke Banten dengan membawa 100 orang pasukan dari Kompi Syukur.

Ketika perlawanan bersenjata mulai mereda, pada 1949 KH Noer Alie memilih berjuang di lapangan sipil. Ia diminta membantu Muhammad Natsir sebagai anggota delegasi Republik Indonesia Serikat di Indonesia dalam konperensiIndonesia– Belanda.

Pada 17 Januari 1950, Panitia Amanat Rakyat itu kemudian menghimpun sekitar 25.000 rakyat Bekasi dan Cikarang di Alun – Alun Bekasi. Dan KH Noer Alie bersama Lukas Kustaryo menuntut agar nama kabupaten Jatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi. KH Noer Alie dikenal dengan sebutan “Engkong Kiai.” Semua warga dengan sukarela dan ikhlas akan mewakafkan tanahnya jika yang meminta KH Noer Alie. Kiai Haji Noer Alie tokoh pejuang dari Bekasi Jawa Barat, atas jasa-jasanya. Noer Alie sebagai ketuanya. •Tahun 1945 KH. Noer Alie membentuk Laskar Rakyat bekerja sama dengan TKR Bekasi dan Jatinegara untuk memobilisasi pemuda dan santri ikut latihan kemiliteran di Teluk Pucung-Bekasi.

Selama enam tahun (1934-1940) Noer Ali belajar di Mekah. Noer Ali pun “marah” dan menghimpun para pelajarIndonesiakhususnya dari Betawi untuk memikirkan nasib bangsanya yang dijajah. Sekembalinya ke tanah air, Noer Ali mendirikan pesantren di Ujungmalang. Ia diperintahkan untuk bergerilya di Jawa Barat dengan tidak menggunakan nama TNI. Belanda mengira hal itu dilakukan pasukan TNI di bawah Komandan Lukas Kustaryo yang memang bergerilya disana. Di situlah K.H. Noer Ali digelari “Singa Karawang-Bekasi”. Di Banten, MPHS diresmikan menjadi satu baltalyon TNI di Pandeglang. Tahun 1949, ia mendirikan Lembaga Pendidikan Islam di Jakarta. Selanjutnya Januari 1950 mendirikan Madrasah Diniyah di Ujungmalang dan selanjutnya mendirikan Sekolah Rakyat Indonesia (SRI) di berbagai tempat di Bekasi, kemudian juga di tempat lain, hingga ke luar Jawa.

Di lapangan politik, peran Noer Alie memang menonjol. Tahun 1950, Noer Ali diangkat sebagai Ketua Masyumi Cabang Jatinegara .

Sumber: http://www.pahlawanindonesia.com
Comments
2 Comments

2 komentar:

  1. sukron atas informasi nya muda2han membawa berkah buat kita semua nya amin

    BalasHapus

TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR DAN KUNJUNGAN ANDA